TAKALAR,PANDUNEWS.CO.ID – Mantan Bupati Takalar periode 2017-2022 yang juga Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Gelombang Rakyar (Gelora) Sulawesi Selatan (Sulsel) Syamsari Kitta tercatat hanya meraih 3.381 di Takalar saat maju sebagai calon legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) di pilcaleg yang d gelar pada 14 peb6 2024 yang lalu, Rabu 06/03/2024
Suara yang sangat minim di basisnya sendiri itu dinilai sebagai bentuk penghukuman masyarakat kabupaten Takalar terhadap masa pemerintahan yang di pimpin selama 5 tahun
Sesuai yang di kutip dari media online detiak.sulsel oleh seorang pengamat politik mengatakan bahwa “Saya rasa itu bentuk penghukuman,” ujar Pengamat Politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Ali Armunanto kepada detikSulsel, Senin (4/3/2024)
Ali menambahkan bahwa,” secara umum mantan kepala Daerah yang gagal di Pileg salah satunya karena performanya selama menjabat dianggap kurang baik. Masyarakat sudah merasakan kebijakan dari sang kepala Daerah saat menjabat.
“Saat mereka menjabat masyarakat mengevaluasi. Dalam prosesnya itu mereka merasakan kebijakan-kebijakannya yang berpihak kepada masyarakat” Tutur Ali.
Lebih lanjut di sampaikan Ali, masyarakat akan mengekspresikan sikap politiknya pada Pileg bergantung pada kinerja mantan kepala daerah tersebut. Jika ketokohannya kuat maka masyarakat pasti tak segan memberikan suaranya kepada mantan Bupati 1 periode
“Tentu kalau mereka senang dengan bupatinya ekspresi mereka akan positif karena kita lihat ada bupati dengan mudah mendapatkan suara signifikan,” Imbuhnya
Terkhusus Syamsari Kitta , kata Ali, memang pada pertengahan jabatannya sebagai bupati elektabilitasnya dinilai sudah merosot. Bahkan berbagai konflik timbul di pemerintahannya yang memunculkan resistensi di tengah masyarakat kabupaten Takalar
“Untuk kasus Takalar dua tahun masa jabatannya (Syamsari) atau pertengahan masa jabatannya elektabilitasnya sudah jauh merosot. Berbagai konflik yang timbul dalam pemerintahan lalu kemudian muncul resistensi dari masyarakat, ini menggerus kepercayaan masyarakat kepada seorang pemimpin yang di anggap tidak bekerja untuk Masyarakat Takalar. sebut Ali
Di tengah merosotnya elektabilitas, Syamsari justru bergabung dengan Partai Gelora yang notabene partai baru. Dia meninggalkan Partai PKS yang mengusungnya di Pilkada Takalar 2017 lalu.yang berarti hanya 1 tahun selesai masa pemerintahannya
“Ini juga menjadi faktor yang ikut melemahkan, ketika ikut partai Gelora, partainya masih baru. Tentu marketing politiknya menjadi tantangan tersendiri dan adanya resistensi dari masyarakat akibat performa pemerintahan yang buruk, ini kemudian ikut menghancurkan,” jelas Ali.
Faktor lainnya, kata dia, ada kompetisi yang ketat antarcaleg menyebabkan eks kepala daerah tersebut sulit bersaing. Namun Ali menegaskan perolehan suara sejatinya akan ditopang dengan ketokohan kepala daerah.
“Tapi ini saya rasa faktor sampingan saja. Jadi kembali ke performanya selama menjabat dan faktor sampingan itu ketatnya kompetisi,” pungkasnya.
Sedangkan perolehan suara dari para caleg DPRD Kabupaten Takalar yang meraih 3 Kursih di DPRD, tak sebanding perolehan suara Ketua DPW dengan hasil yang di dapatkan hanya 3.381 suara. (S.Jaya)